Ajak Taruna PIP Semarang Lahirkan Gagasan Terhadap Dampak Perubahan Iklim Pada Sub Sektor Transportasi Laut

Perubahan iklim saat ini sangat berimbas pada kondisi lingkungan termasuk sub sektor transportasi laut, hal itu mengakibatkan beberapa hal antara lain kenaikan permukaan laut akibat mencairnya es di kutub yang mengancam pelabuhan dan infrastruktur pesisir, hal tersebut mengakibatkan gangguan pada operasi bongkar muat dan kerusakan infrastruktur pelabuhan. Dalam rangka meningkatkan kompetensi taruna-taruni Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang dalam melahirkan gagasan terhadap kondisi perubahan iklim diselenggarakan kuliah umum, pada Jumat (08/03/24), bertempat di Auditorium Gedung Serba Guna (GSG) Balai Mas Pardi yang dihadiri seluruh taruna-taruni.

Acara Dibuka Pembantu Direktur II, Drs. Suharto, M.T., didampingi oleh Koordinator Bidang Administrasi Ketarunaan dan Alumni PIP Semarang, Dr. Capt. Akhmad Ndori, S.ST., M.M., M.Mar. Narasumber dihadirkan antara lain Dr. Ir. Umiyatun Hayati Triastuti, M.Sc., Widyaiswara Ahli Utama Kementerian Perhubungan, Budi Riyanto., S.E., M.M., M.Mar.E., Kepala Bidang Perencanaan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur Perhubungan. Dalam paparannya, Umiyatun mengajak seluruh taruna-taruni berdiskusi untuk melahirkan gagasan terhadap dampak perubahan iklim yang saat ini terjadi. Taruna-taruni yang nantinya sebagai SDM di sektor transportasi laut mempunyai tanggung jawab terhadap keberlanjutan sektor transportasi laut.  “Perubahan iklim berdampak negatif pada keamanan, keandalan, dan kenyamanan transportasi, oleh karena itu setiap negara dituntut untuk berperan aktif dalam mengurangi dampak buruk efek rumah kaca, termasuk Indonesia,” ucapnya.

Sejalan dengan narasumber pertama, Budi Riyanto menambahkan terkait Tanggung Jawab Pelaut Terhadap Perubahan Iklim dan Teknologi Ship Based Carbon Capture (SBCC). Pelaut harus mengoperasikan kapal dengan efisien, dan hemat energi sesuai prosedur, serta pedoman hemat energi. Salah satunya menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Kesadaran para pelaut tentang pentingnya efisiensi energi juga harus diterapkan. Selain hal tersebut Budi Riyanto juga menyampaikan teknologi SBCC yang merupakan solusi inovatif untuk menangkap emisi CO2 dari kapal dan menyimpannya di tempat yang aman. Teknologi ini memiliki potensi besar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari industri pelayaran dan membantu mencapai target emisi global. Acara berlangsung sangat interaktif diakhiri dengan pembagian doorprize dan foto bersama.



Leave a Reply